Liputan6.com, Seattle : Dulu, lebih dari 200 juta tahun yang lalu, ketika hanya ada satu benua di muka Bumi yakni superkontinen Pengea atau Pangaea, seekor hewan purba berkeliaran di gurun yang terletak di pusatnya. Tepat di tengah-tengah benua raksasa itu.
Hewan tersebut memiliki wajah penuh tonjolan mirip "kutil" -- meski tak serupa yang ada pada manusia, ukurannya sebesar sapi. Menurut ilmuwan menyebut mahluk itu sebagai Bunostegos akokanensis, dari kelompok satwa yang disebut pareiasaurs -- reptil herbivora yang hidup 266 juta hingga 252 juta tahun lalu.
Fosil Bunostegos yang ditemukan menunjukkan fakta bahwa kehidupan di Bumi pada masa itu lebih beragam dari yang dikira selama ini.
Fosil tengkorak yang ditemukan di wilayah utara Niger menunjukkan keberadaan sejumlah tonjolan tulang di sana. Maka dari itu ia diberi nama Bunostegos -- yang berarti "atap menonjol" atau tengkorak penuh tonjolan.
Tonjolan-tonjolan tersebut diduga merupakan tanduk yang ditutupi kulit, seperti yang ada pada jerapah. Dan mungkin menjadi penanda yang digunakan Bunostegos untuk mengenali anggota lain spesiesnya. Pareiasaurs yang lain juga punya tonjolan yang sama, tapi badannya tak sebesar yang ini.
Fosil-fosil hewan ini berasal dari Gurun Sahara modern. Sekitar 260 tahun lalu, area tersebut adalah gurun besar di tengah superbenua Pangea.
"Kami menduga di gurun tersebut ada area serupa oasis yang bisa mendukung kehidupan," kata peneliti Linda Tsuji, ahli paleontologi vertebrata dari Burke Museum dan University of Washington, Seattle, seperti dimuat situs sains LiveScience, 24 Juni 2013. Karena iklim di sana sangat terisolasi, "tak terlalu banyak pertukaran (mahluk hidup) ke dalam maupun ke luar area tersebut."
Indah Tapi Aneh
Untuk menentukan apakah Bunostegos sesuai dengan pareiasaurs yang lain, para peneliti mengomparasikan ciri-ciri anatominya dengan spesies terkait lain. Lebih jauh lagi, bukti-bukti mengarahkan bahwa garis keturunan Bunostegos terisolasi selama jutaan tahun, karena kondisi yang kering ekstrem yang mencegah hewan masuk atau meninggalkan padang pasir. Isolasi inilah yang mungkin menyebabkan fitur aneh binatang itu.
Sampai saat ini, pengetahuan soal fauna dari periode Permian Akhir datang dari wilayah yang kini menjadi bagian dari Afrika Selatan dan Rusia. Namun, pareiasaurs dari gurun pusat terlihat amat berbeda, "Ternyata Permian amat beragam dari yang orang pikir," kata Linda Tsuji.
Pemahaman manusia tentang apa yang terjadi pada masa Permian, atau tentang kepunahan massal amat bergantung pada penemuan fosil dari masa itu. "Seperti penemuan Bunostegos yang indah tapi aneh itu," kata Gave Bever dari American Museum of Natural History, yang tak terkait dengan penelitian.
Penemuan Bunostegos dijelaskan secara terperinci dalam Journal of Vertebrate Paleontology.
No comments:
Post a Comment