Kerjanya hanya sebagai tukang sepatu. Ia penduduk kota Damsyik. Namanya Muwaffaq. Meskipun begitu, ia ingin pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.
Muwaffaq mendapat pekerjaan besar sehingga ia memperoleh upah tiga ratus dirham. Itu cukup untuk biaya ke Mekah guna menunaikan ibadah haji. Muwaffaq pun berniat berangkat haji tahun itu.
Istri muwaffaq sedang mengandung. Ia mencium bau sedap yang bukan main dari rumah tetangganya. Orang yang mengandung seperti dia sering menginginkan sesuatu dengan keinginan yang kuat alias ngidam. Istri muwaffaq pun ingin mencicipi masakan tetangganya itu.
"Pergilah minta masakan itu. Aku sangat menginginkannya," katanya kepada Muwaffaq.
"Baik, akan kumintakan kepada pembuatnya". Tetangga muwaffaq itu seorang janda yang punya banyak anak. Ia sangat miskin. Tidak biasanya dari rumahnya tercium bau masakan sesedap itu.
"Istriku ingin mencicipi masakanmu hari ini. Berilah barang sedikit. Dia sedang mengandung," kata Muwaffaq. Tetangga Muwaffaq diam saja. Ia tampak
kebingungan.
"Mengapa?" tanya Muwaffaq. "Apa kau keberatan memberinya barang sedikit?"
"Makanan itu halal bagi kami, tetapi haram bagimu" kata perempuan itu.
"Mengapa begitu?" tanya Muwaffaq. Prempuan janda itu lalu bercerita. Sudah tiga hari lamanya anak-anaknya yang yatim itu tidak makan. Si perempuan janda pergi mencari makanan kesana kemari. Ia menemukan bangkai seekor himar. Himar adalah sejenis kuda yang ada di negeri Arab.
Perempuan itu memotong sebagian bangkai himar dan membawanya pulang. Bangkai itu haram dimakan, tetapi dalam keadaan darurat dihalalkan. Anak-anak yatim itu akan mati kelaparan jika tidak segera menemukan makanan. Oleh karena itu, ibunya terpaksa membawa daging bangkai itu untuk makanan mereka.
" Itulah mengapa makanan itu haram bagi kalian" kata perempuan janda itu mengakhiri ceritanya. Muwaffaq bergegas pulang kerumahnya. Ia menceritakan hal itu kepada istrinya. Lalu mengambil uang tiga ratus dirham yang sedianya akan digunakan untuk biaya pergi ke Mekah. Diberikannya semua uang itu kepada perempuan janda tetangganya.
"Gunakanlah untuk memberi makan anak-anak yatim itu"kata Muwaffaq. Dengan begitu, Muwaffaq tidak bisa pergi menunaikan ibadah haji.
Diantara orang-orang yang menunaikan haji ada seorang laki-laki bernama Abdullah bin Mubarak. Ia tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit. Malaikat-malaikat itu berbicara.
"Berapa banyak yang berhaji tahun ini?" tanya salah satu malaikat. "Enam ratus ribu orang" jawab lainnya. "Berapa banyak yang diterima hajinya?" Tidak ada yang diterima, kecuali seorang saja yang bernama Muwaffaq dari Damsyik. Muwaffaq tidak bisa berhaji, tetapi hajinya diterima Allah sehingga semua yang berhaji tahun ini diterima berkat diterimanya hajinya Muwaffaq".
Abdullah bin Mubarak terbangun dari tidurnya. Siapakah Muwaffaq dari Damsyik itu? Orang yang tidak bisa berhaji, tetapi hajinya diterima. Karena dia diterima, semua yang berhaji tahun itu diterima!
Selesai berhaji, Abdullah pergi ke Damsyik mencari Muwaffaq. Rupanya di Damsyik Muwaffaq cukup dikenal sehingga mudah mencarinya. "Kebaikan apa yang pernah kau lakukan sehingga kau mendapat derajat setinggi itu dimata Allah?" tanya Abdullah. Muwaffaq lalu bercerita tentang janda tetangganya itu.
Hajiku hanya sampai di pintu rumahku" kata Muwaffaq. Biarpun begitu Allah menerima haji Muwaffaq.
No comments:
Post a Comment