STUDI
dalam beberapa tahun terakhir semakin mengukuhkan bahwa berjalan
tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai memang memberi banyak manfaat
bagi kesehatan kita. Inilah sembilan manfaat yang dapat diperoleh
dari aktivitas jalan kaki.
Serangan Jantung
Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung.
Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari
pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi
normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung
membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung.
Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot
jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu.
Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan
mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang
berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah
cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa
berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan
berkurang.
Lebih
dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap
kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki
tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat
meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung
menjadi tinggal separuhnya
Stroke
Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-gopoh terhadap stroke
pengaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa
studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami
nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki
setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah
satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health)
yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak
20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun
duapertiga
Berat badan stabil
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin,
laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang
oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan
terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat
badan tidak terjadi.
Menurunkan berat badan
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil,
mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan
melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin.
Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan
kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.
Mencegah kencing manis
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju
sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat
menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada
mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and
Gigesive & Kidney Diseases).
Sebagaimana
kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum
obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama
gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk
walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki
tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.
Mencegah osteoporosis
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki
cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan
tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan
diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup
ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat
proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan
memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar
terbebas dari ancaman osteoporosis.
Mereka
yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium,
sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman
pengeroposan tulang.
Meredakan encok lutut
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika
mengalami encok lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan diri
berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang,
keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap
encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling,
tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi
untuk memulihkan diri.
Satu
hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan
keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin
bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi
kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang
sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami
goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh, terlebih pada yang
gemuk.
Bila
bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan
sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap
mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari
atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu
mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada
mereka yang berisiko terkena gangguan sendi.
Munculnya
nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi
lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek
menentukan kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki.
Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah
sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki,
akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.
Depresi
Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga
membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh
bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi
ihwal terbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan
lebih 10 tahun.
Kanker
Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki,
setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu,
bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air
besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya
tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan
peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena
kanker payudara.
No comments:
Post a Comment