Thursday, May 9, 2013

Pola Makan Ini Diklaim Tingkatkan Peluang Kehamilan


Setelah menikah, sejumlah pasangan tentu buru-buru ingin punya anak demi menambah kebahagiaan rumah tangga mereka. Tapi banyak wanita yang tak tahu apa yang harus mereka lakukan atau menentukan apa yang harus mereka makan untuk meningkatkan peluang kehamilannya.

Namun sebuah studi baru mengklaim bahwa wanita yang menjalani program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dan mengonsumsi makanan kaya protein serta rendah karbohidrat berpeluang untuk hamil lebih tinggi ketimbang wanita yang pola makannya rendah protein dan tinggi karbohidrat.

"Ternyata protein bersifat esensial bagi pembentukan embrio dan sel telur yang berkualitas," tandas peneliti Dr. Jeffrey Russell yang juga direktur Delaware Institute for Reproductive Medicine, AS seperti dilansir Huffingtonpost, Rabu (8/5/2013).

Menurut peneliti, pasien yang asupan proteinnya di atas 25 persen dan asupan karbohidratnya 40 persen atau kurang memiliki peluang kehamilan empat kali lebih tinggi daripada pasien yang asupan proteinnya lebih rendah dan karbohidratnya lebih tinggi ketika menjalani program bayi tabung.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti meminta 120 wanita yang tengah mengikuti program IVF untuk menuliskan jurnal tentang pola makannya selama tiga hari sebelum mereka menjalani pemindahan embrio (setelah sel telur dan sperma pasangannya digabungkan di dalam laboratorium).

Dari situ diketahui 48 wanita memiliki asupan protein rata-rata lebih tinggi dari 25 persen, sedangkan 72 wanita memiliki asupan protein rata-rata lebih rendah dari 25 persen.

Tapi tidak ditemukan perbedaan indeks massa tubuh atau BMI diantara kedua kelompok sehingga peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan kesuburan lebih erat kaitannya dengan komponen nutrisi spesifik yang ada dalam pola makan pasien, bukan semata BMI-nya saja.

Kendati begitu, peneliti mengakui jika temuan ini masih bersifat pre-eliminer atau berada pada tahapan awal. Lagipula Dr. Kathy Hoeger, direktur Strong Fertility Center, University of Rochester, New York mengatakan bahwa faktor-faktor lain bisa jadi berpengaruh terhadap kesuburan kelompok pasien yang mengadaptasi pola makan tinggi protein dan rendah karbo. Hoeger tidak terlibat dalam studi ini.

"Sayangnya kami tak memiliki informasi yang memadai tentang faktor-faktor lain itu. Pasalnya tak banyak studi yang memaparkan kaitan antara pola makan dengan tingkat kesuburan. Kalaupun ada, sebagian besar merupakan studi pre-eliminer dengan menggunakan hewan, dan mekanisme yang menjelaskan kaitan antara nutrisi dengan kualitas sel telur juga tak begitu dipahami,"

No comments:

Post a Comment