Sunday, July 14, 2013

Mumi Berumur 300 Tahun yang Menyelamatkan Warga Desa


Siapa bilang, mumi selamanya seram? Mumi di Kampung Sempaima, Wamena, Papua justru dipercaya sebagai pembawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakatnya. Mumi ini berusia lebih dari 300 tahun dan berwarna hitam.

Kampung Sempaima lebih dikenal dengan sebutan Kampung Mumi. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kampung Obia, hanya sekitar 15 menit. Kampung ini lebih ramai, namun terkesan lebih tandus dan kering dibanding Kampung Obia.

Sesampainya di sana, saya langsung disambut oleh kepala Kampung Sempaima. Ia pun bercerita tentang sejarah Mumi yang ternyata adalah kepala suku dan panglima perang bernama Wim Motok Mabel.

Di tengah-tengah cerita, Sang Mumi pun dikeluarkan. Tubuh muminya hitam dan kurus. Kakinya ditekuk dan mulutnya menganga seakan berteriak kesakitan. Butuh bantuan satu orang untuk memeganginya dari belakang karena kulit mumi ini sudah sangat rapuh. Wim Motok Mabel dikabarkan meninggal karena sakit. Konon, sebelum meninggal ia berpesan kepada kerabatnya untuk dimumikan. 

"Beliau minta untuk dimumikan supaya warga disini bisa sejahtera dan selalu bahagia," ujar Kepala Kampung Sempaima.

Akhirnya, seorang kerabat membawa tubuh Wim Motok Mabel yang sudah meninggal ke atas sebuah gunung. Di sanalah panglima perang itu dimumikan dengan cara tradisional yakni diasapi. Selama memumikan Wim Motok, ia dilarang untuk minum air dan makan makanan yang dicuci dengan air. Dia hanya mengunyah tebu dan makan ubi bakar yang tidak dicuci. Proses pemumian ini diperkirakan memakan waktu hampir satu bulan.

"Setelah diasapi dan sudah menjadi mumi, ia dibawa lagi ke kampung ini kemudian dirawat di honai laki-laki," tambah kepala kampung.

Seiring berjalannya waktu, wasiat itu pun terbukti. Dengan dimumikannya Wim Motok Mabel, banyak wisatawan yang tertarik untuk datang ke kampung ini. Kesejahteraan masyarakat pun meningkat karena setiap tamu yang datang untuk melihat mumi dikenakan tarif sebesar Rp 200-300 ribu.

Selain itu, warga Kampung Sempaima juga bisa menambah penghasilan dengan menjual kopi dan suvenir khas Wamena kepada setiap tamu yang datang. Berkat keberadaan sang mumi, Kampung Sempaima sempat menjadi kampung paling ramai di Distrik Kurulu ini.

No comments:

Post a Comment